Ringkasan Novel Surat Kecil Untuk Tuhan (Bab 1 - 3)
1. Identitas Buku
Judul Buku /Novel : Surat Kecil Untuk Tuhan
Penterjemah : –
Penerbit : Inandra Published
Tahun Terbit : 2008
Cetakan : Jakarta, September 2011
Edisi : Ke – 8
Tebal Buku : vii+232
Harga Buku : Rp. 38.800,-
Pengarang : Agnes Davonar
2. Kepengarangan
Agnes Davonar adalah sebuah fenomenal di dunia sastra Indonesia. Ia memulai kariernya sebagai penulis amatir di sebuah blog. Kemudian dengan cepat berkembang menjadi penulis yang mau belajar hingga melahirkan lima novel online dan 42 cerita pendek yang begitu melekat bagi semua pembaca situs pribadinya. Tak heran bila sebuah kutipan dari sebuah portal informasi detik.com mengatakan “Bahwa tidak sulit untuk mencari karya dari seorang Agnes Davonar ”. Keunikan sendiri terdapat dalam nama Agnes Davonar. Agnes berasal dari namanya sedangkan Davonar diambil nama dari adiknya. Jadi mereka adalah dua saudara yang bersatu dalam sebuah karya.
Agnes lahir di Jakarta 8 Oktober, sedangkan Davonar lahir di Jakarta, 7 Agustus. Mereka adalah dua saudara yang besar dalama lingkungan seni. Ayahnya adalah seorang penulis kaligrafi Cina sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang tangguh. Mereka berdua membentuk sebuah blog dengan situs untuk menyalurkan tulisan mereka.
Agnes berkerja sebagai karyawan swasta dan Davonar berkuliah di Universitas sastra Jepang Bina Nusantara. Keduanya memiliki hobby yang sama yakni menyukai olahraga. Tapi kelihaian menulis telah mengantarkan keduanya sebagai penulis muda berbakat dalam jajaran sastra Indonesia. Agnes Davonar menyebutnya sebagai novelis dan cerpenis online. Karena ketulusan dan kedisplinan dalam berkarya sebuah situs peringkat Blog Topseratus.com.
3. Sudut Pandang : Orang pertama
4. Ringkasan Bab 1 : Istana dalam Dunia Kecilku
Gita Sesa Wanda Cantika yang biasa dipanggil Keke. Aku mempunyai dua kakak laki-laki dan ayah. Sekarang aku sudah berpisah dengan ibu akibat perceraian ayah dan ibu. Meskipun ayah dan ibuku sudah bercerai, tetapi hubungan mereka masih berjalan dengan baik. Sempat aku dan kedua kakakku tidak menginginkan sekolah kembali tetapi ayah terus membujuk kami dan akhirnya pun kami ingin kembali sekolah, tetapi di sekolah yang baru. Di sekolah yang baru aku mempunyai sahabat yang begitu baik padaku, tetapi disekolah baru ada suatu kelompok (geng) lain yaitu Angel. Kelompok permainan (geng) aku dengan geng Angle selalu berselisih tapi diantara kami tidak ada rasa dendam. Keesokan harinya disekolah mengadakan LKDS dan di acara tersebut kami ikut, akan tetapi akhirnya geng Angle mendapat peringkat A, sedangkan geng aku mendapat peringkat B. Dari situlah kami bisa mengambil kesimpulan bahwa kami harus lebih kompak lagi.
5. Ringkasan Bab 2 : Air Mata Itu Mulai Ada
Pagi-pagi Bibi mencari obat tetes mata untuk Kak Kiki yang ternyata mengalami sakit mata. Keesokan harinya sakit mata yang dialami Kak Kiki sudah mereda, tetapi ketika aku bangun merasa ada yang aneh dengan mata ternyata aku terkena sakit mata. Jika pulang sekolah keadaanya masih sama maka aku akan dibawa ke dokter, tetapi kunjungan ke dokter akan diundur setelah pertandingan volley. Saat pertandingan volley, Maya berkata padaku bahwa hidungku mimisan, lalu aku langsung kekamar mandi, dan langsung ke UKS karena kepalaku juga pusing. Setelah kejadian itu, ayah pun langsung datang menjemputku dan membawaku kedokter. Ternyata dokter hanya menyangka aku terkena sinus tetapi ketika sampai 5 hari tidak ada perubahan aku, dokter berharap membawaku ke Prof. Lukman. Lima hari berlalu, ternyata sakit mata yang aku alami tidak kunjung ada perkembangan positif, akhirnya aku pun dibawa ke Prof.Lukman. Setelah diperiksa ternyata aku terkena penyakit kanker jaringan lunak, tetapi aku belum mengetahuinya dan ayah pun masih menyembunyikannya dari aku.
6. Ringkasan Bab 3 : Mama, Wajah Kakak Itu Kenapa ?
Kanker itu terus menyebar dan akhirnya membuat aku lebih sulit bernafas dan mukaku mulai memerah dan kanker itu pun menarik kulit mataku, sehingga aku sulit untuk melihat. Ketika sampai disekolah, aku langsung lari ke kelas karena malu dengan mukaku yang membengkak. Pada jam istirahat karena aku bosan dikelas aku meminta pada sahabatku untuk membuat Pak Iyus mengalihkan perhatiannya dariku. Ketika sampai di kantin, aku melihat anak kecil yang sangat lucu dan aku menyapanya. Tetapi ketika aku menyapa adik kecil itu, dia lari menghampiri sang ibu dan berkata “Mama, wajah kakak itu kenapa?” Aku pun hanya terdiam, pura-pura tidak mendengar pembicaraan mereka, lalu ibu itu bertanya “Muka kamu kenapa nak?, apa jangan-jangan kamu terkena tumor?” Setelah mendengar itu aku langsung pamit pada ibu itu dan langsung kembali ke kelas. Sampai rumah kata tumor itu selalu menjadi pikiranku “Apakah aku terkena tumor?” itulah yang selalu aku tanya. Keesokan harinya aku diberi obat-obat herbal dari ayah untuk segerak dikonsumsi, akan tetapi aku tidak menginginkannya karena rasanya yang pahit dan amis. Pada akhirnya 5 hari pun telah berlalu, tetapi aku merasa penyakit ini menjadi lebih parah bukan membaik, aku hanya menangis dan bertanya dalam hatiku “Apa yang terjadi denganku?”. Keesokan harinya aku dibawa ke sebuah pengobatan tradisional di Banten. Ketika sampai disana, ternyata Pak Haji tersebut tidak bisa memberi tindakan lebih lanjut dan secara lantang ia mengatakan “Ini bukan tumor tapi kanker?”. Setelah mendengar hal tersebut, aku langsung menangis sampai rumah dan mengurung diriku di daam kamar. Setelah dua hari berlalu Andi menghampiriku dan akhirnya pun aku ingin makan dan minum obat kembali.